Jumat, 12 Juni 2015

This cottage is a cottage which was founded by him kh.munif abd.karim determined by his own father's land Beliu kh.abd.karim and now this cottage on hold by the child because kh.munif beliua deceased was replaced by his own son that kh.nursalim MUNIF 2. KH.hidayatulloh 3.Kh.jazuli MUNIF and was helped by a caretaker cottage now students reach up to 700 boys and girls m.abd.wahid tirtonegoro

Selasa, 24 Juni 2014

pp.darul karomah gunung jati keramat keraton pasuruan

assalamualikum wrb................


pondok pesantren ini di bangun oleh kh.munif bin kh.abd karim bin kh.thoyyib bin kh.qodli bin khowarizmi yg di tentukan tanah oleh ayah beliau sendiri yaitu kh.abd karim dimana kh.abd karim ini menjadi ulama yang terkenal ke alimanya Beliau sejak kecil berguru pada ayahnya sendiri dan pada usia sekitar 13 tahun setelah hafal kitab aqidatul-awam dihantarkan oleh ayahnya untuk Ngaji dan mondok di Pesantren Genthong Pasuruan dibawah asuhan Kyai Abdul Ghofur kyai sepuh yang seangkatan dengan Kyai Kholil Bangkalan. Disini beliau belajar ilmu Tajwid, Tauhid dan Fiqih.  kemudian ke Bangkalan untuk mondok di Pesantren Kyai Kholil bin Abdullatif Bangkalan. Setelah selesai dari Bangkalan dilanjutkan ke Kyai Khozin Panji Sidoharjo. Kemudian mondok di Tebuireng Jombang menjadi santri awal Hadrotussyaikh KH.Hasyim Asy’ari. Bahkan di Pondok Tebuireng ini beliau menjadi Badal Kyai Hasyim Asy’ari untuk mengajar santri lainnya[1] yang pada saat itu masih belum ada system madrasah.Setelah dari Tebuireng Jombang beliau pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji serta menuntuk ilmu kepada ‘ulama’ dan auliya’ tanah Haram Makkah. Diantara guru-gurunya ketika di Makkah ialah[2]:Ø  Al Allamah Mufti Syafi’iyah Makkah Habib Husain bin Muhammad Al Habsyi.
Ø  Syaikhul-Islam Muhammad Said bin Muhammad bin Salim Babshil.
Ø  Mufti Syafi’iyah Makkah Al Faqih Syaikh Umar bin Abibakar Bajunaid.
Ø  Al Hafidh Muhadditsul-Haromain Syaikh Umar Hamdan.
Ø  Habib Muhsin Al Habsyi
Ø  Habib Ali Al Habsyi
Ø  Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki
Ø  Syaikh Abubakar bin Muhammad Said Babshil
Ø  Syaikh Mahfudz Termas
Ø  Syaikh Ibrohim Dagestani
Ø  Syaikh Syaiban
Ø  Syaikh Ali Al Maliki
Ø  Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Azab Shohibul-Maulid.
Setelah mendapat 9 tahun mondok di makkah beliau pulang untuk dijodohkan dengan Gadis pilihan orang tuanya, namun calon istrinya tersebut meninggal dunia sebelum dikawinkan dengan Abdul Karim, sehingga beliau kembali lagi ke Makkah  selama 3 tahun. Selama di Makkah Abdul Karim sangat disiplin mendalami ilmu hususnya ilmu tasawwuf terlebih kitab Ihya’ulumuddin karya Imam Ghozali sehingga mendekati hafal diluar kepala. Bahkan ketika ada isykal dalam kitab Ihya’ tersebut, maka didatangi langsung oleh mu’allifnya yaitu Imam Ghozali dan memberi jawaban atas kesulitan yang diisykalkan, dikarenakan keahliannya dalam kitab ihya’ tersebut salah-seorang gurunya memberi laqob ABUL-IHYA’ kepada Kyai Abdul Karim[3].
Seperti Ulama lainnya, beliau juga diperintahkan oleh gurunya untuk mengajar di Masjidil-Haram Makkah diantaranya beliau mengajar kitab Tuhfah karya Ibnu Hajar Haitami dan kitab Tafsir Baidlowi yang pengajiannya diikuti oleh santri dan ulama dari berbagai negeri[4]. Menurut KH.Zainal Abidin Rembang, beliau mengaji kepada KH.Abdul Karim di Makkah Mukarromah beberapa kitab, diantaranya kitab Ibnu Aqil, Tafsir Jalalain dan kitab Fathul-Mu’in[5].Mengenahi kealiman beliau ini, diakui oleh para Ulama dan Habaib dizamannya. Diantaranya diceritakan bahwa seorang kyai dari Bangil ingil bertanya dan mengaji kepada KH.Abdul Karim husus masalah perempuan Mutahayyiroh dalam bab Haidl didalam kitab Fathul Wahhab yang bab tersebut sangat terkenal akan kesulitannya. Sebelum mengaji, kyai tersebut memberi tahu sebelumnya dan akan kembali lagi setelah seminggu dengan harapan agar ada kesempatan bagi KH.Abdul Karim untuk Mutholaah kitab tersebut. Setelah kyai itu datang, ternyata KH.Abdul Karim baru mencari kitab Fatkhul Wahhab itu dan setelah diketemukan  dibersihkannya kitab itu karena banyak debunya yang memberi pengertian bahwa  beliau tanpa persiapan sebelumnya. Sang kyai itu tidak yakin alias meragukan KH.Abdul Karim akan bisa menjelaskannya karena tanpa persiapan trelebih dahulu. Namun setelah dijelaskan dengan gamblang, maka sang kyai tersebut baru sadar bahwa KH.Abdul Karim bukanlah orang sembarangan tetapi seorang yang sangat alim allamah luarbiasa. (cerita KH.Saifulloh Jufri). Perjuangan KH.Abdul KarimSetelah 12 tahun berada di Makkah KH.Abdul Karim pulang ke tanah jawa dan dikawinkan dengan gadis bernama Shofiyah binti H.Abdul Fattah dari kota Pasuruan. Setelah berumah tangga beliau kemudian menetap di kota Pasuruan (tahun 1336 H.) dan membuka pengajian kitab fiqih dan tasawwuf di Kepatihan Pasuruan dan masjid Jami’ (Al-Anwar) Pasuruan yang diikuti oleh (umum) banyak orang bahkan para kyaipun banyak yang mengaji kepada beliau,  Disamping itu beliau juga mendapat tugas untuk menjadi Imam dan khotib sholat Jum’at di masjid jami’ Pasuruan.[6]Pada saat Habib Alwi bin Segaf Asegaf datang dari Hadramaut dan belum pandai berbahasa daerah, maka KH.Abdul Karim yang menjadi juru terjamah disetiap pengajiannya di Pasuruan sehingga secara otomatis KH.Abdul Karim merasa dan mengakui bahwa Habib Alwi Asegaf  adalah gurunya[7]. Setelah beberapa tahun tinggal di Pasuruan kemudian beliau membangun rumah dan kemudian pondok pesantren di Kramat sebelah utara Bendungan.KH. Abdul Karim adalah Kyai yang pertama kali membuka pengajian bersifat umum di Pasuruan, baik pengajian Rutin di masjid-masjid atau pengajian-pengajian umum lainnya. Beliau menuntun syahadat bagi kebanyakan masyarakat yang kala itu belum beragama islam bahkan di banyak desa dan daerah-daerah, beliau dengan telaten mengajari sholat dan mempraktekkannya diatas panggung terbuka dan disaksikan banyak masyarakat yang betul-betul awam dalam hal agama. Bahkan dengan modal kekayaannya lantas beliau membangun masjid-masjid untuk sholat jum’at di banyak tempat di daerah kabupaten pasuruan, menurut Habib Sholeh bin Abdulloh Al Habsyi berdasar cerita dari ayahnya bahwa KH.Abdul Karim telah membangun tidak kurang dari 38 buah masjid, diantaranya Masjid di daerah Tambaan kota Pasuruan, Masjid Buqir, Kebon agung, Desa Selotambak Kraton, Desa Arjosari Kraton, Desa Sungikulon Pohjentrek dan lain-lain. bahkan tidak berhenti disitu saja,beliau juga mempersiapkan imam dan guru ngaji yang memimpin sholat dan mengajar dasar-dasar agama Islam di daerah kabupaten  pasuruan dan sekitarnya. (sumber Hb.Sholeh dari ayahnya Habib Abdulloh Alhabsyi, KH,Saifulloh Jufri dll).Teman seperjuangan beliau dalam berdakwah menuju Allah dan Rosululloh ini kebanyakan beliau lakukan bersama-sama dengan Habib Abdulloh bin Sholeh Alhabsyi Pasuruan yang wafat dan dimakamkan di Pemalang Jawa tengah, sehingga banyak sekali manakib KH.Abdul Karim yang bersumber dari Habib Sholeh Alhabsyi putra dari Habib Abdulloh bin Sholeh Alhabsyi tersebut.Ketika KH.Hasyim Asy’ari mendirikan NU, maka KH.Abdul Karim mendapat tugas langsung untuk mendirikan NU di Pasuruan dengan mengajak kyai-kyai yang lain yang pada saat itu tidak semua kyai bias menerima NU husunya mereka yang bukan murid langsung Kyai Hasyim Asy’ari. Dan pada masa perang kemerdekaan beliau juga ikut menyiapkan dan menggembleng pasukan Hizbulloh dan Sabilillah kala itu, sehingga beliau beberapa kali ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda.AHLAQ  KH.Abdul KarimDidalam menjalankan hukum agama, untuk pribadinya beliau selalu mengambil hukum yang berat. Beliau tidak mau pada gambar-gambar atau foto manusia atau hewan sehingga beliau tidak mau memiliki kitab kamus Munjid dan Tafsir Thonthowi yang didalamnya dipenuhi oleh gambar-gambar hewan dan manusia. Beliau juga tidak mau difoto bahkan bila dicuri untuk difoto secara diam-diam, maka hasil fotonya selalu rusak. Demikian juga mengenai makanan beliau sangat berhati-hati, bahkan dalam masa hidupnya, beliau tidak pernah makan di warung, dikarenakan transaksi di warung dilakukan setelah selesai makan dan minum yang harganya saat makan dan minum masih belum jelas disamping masih ada alasan lain yang menyebabkan beliau tidak pernah makan di warung.KH.Abdul Karim adalah sosok yang sangat memuliakan guru dan Ulama hususnya sangat memuliakan Habaib keturunan Rosululloh SAW. Bahkan suatu ketika beliau mengunjungi ziaroh pada seorang sayyid yang masih muda usianya (Habib Umar bin Muhammad Segaf), beliau tidak berani mengetok pintu sang sayyid tersebut, beliau hanya menunggu keluarnya sang empunya rumah sambil duduk diemperan dalam waktu yang lama. Hal tersebut beliau lakukan karena ta’dzim pada anak cucu Rosululloh SAW. (cerita Hb,Abubakar Muhdlor dari KH.Ahmad pacarkeling dari Habib Umar sendiri).Pada saat ada sedikit kekacaun di bangil ( timbulnya aliran yang anti Habaib) KH.Abdul Karim berpidato di Bangil dengan suara yang lantang : “siapa saja yang akan memusuhi habaib di bangil ini, maka harus bersedia untuk “Carok” terlebih dahulu dengan Abdul Karim”.Mengenahi kecintaan kepada ahlul-bait ini beliau sempat mengatakan pada salah seorang putranya: seumpama kepalaku ini dijadikan (Bancik) pijakan berjalannya para anak-cucu Rosululloh, maka hal tersebut sangatlah wajar dan pantas .Tentang kecintaannya pada para sadat ini tidak perlu diragukan lagi bahkan Habib Ahmad bin Hadi Al-Hamid Pasuruan berkata : KH.Abdul Karim itu mahabbahnya pada Ahlul Bait 24 karat, anak-anaknya tidak ada apa-apanya, mungkin hanya 10% dari beliau. Dalam hal kecintaannya pada Habaib ini tidak ada kyai lain di Pasuruan yang seperti beliau, mulai zaman dahulu dan mungkin hingga hari Kiyamat, tutur Habib Ahmad bin Hadi Al-Hamid Pasuruan. (cerita pada KH.Ahmad,KH.As;ad, KH.Munif dan semua keluarga saat ziaroh hari raya ke ndalem Habib Ahmad).KH.Abdul Karim juga sangat perhatian kepada kedua orang tua  hususnya ibu beliau, dikarenakan beliau tidak kumpul serumah dengan ibunda beliau, maka setiap sore hari beliau menyempatkan diri untuk menjenguk dan membawa nasi dan lauknya untuk sang ibu yang tinggal di Bendungan bersama KH.Abdul Ghofur. Hal tersebut beliau lakukan setiap hari hingga ibunya wafat.KEGIATAN RUTINKyai Abdul Karim  mengajar para santri di pondok yang dibangunnya di Kramat dan juga mengajar masyarakat umum melalui pengajian-pengajian rutin yang diadakannya di masjid-masjid di daerah Pasuruan. Diantaranya di Musholla Kedungdowo, masjid Kraton, Masjid Kebonagung Pasuruan, Masjid Jami’ Al-Anwar Pasuruan, Musholla Kepatihan Pasuruan, dan lain-lainnya disamping juga memberikan mau’idzoh kepada masyarakat luas melalui pengajian-pengajian umum.Disela-sela rutinitas keagamaan tersebut, beliau juga sempat mencari nafqah untuk keluarga dan untuk perjuangan beliau dengan membawa cangkul pergi sendiri ke sawah dan atau ke tambak yang sangat luas milik beliau dari peninggalan ayahnya.
Seperti kebanyakan para kyai dimasa itu, KH.Abdul Karim juga mengamalkan wirid Thoriqoh dan Thoriqoh yang beliau amalkan adalah Syathoriyah. Belia mengambil Thoriqoh Syathoriyah dari gurunya yaitu KH. Abbas Abdul Jamil Cirebon. setiap harinya beliau juga membaca sholawat Dalailul Khoirat dan Sholawat yang beliau populerkan yaitu Sholawat “Shollolloh ala Muhammad” 1000 kali dan ditambah semampunya bila malam Jum’at tiba, disamping itu beliau juga membaca aurod-aurod seperti Rotib Haddad, Hizib Nawawi dan sebagainya.MAZIAH KH. ABDUL KARIMKH.Abdul Karim mempunyai ketegasan dan wibawa yang luar biasa yang sulit ditandingi oleh kyai lain hususnya dalam hal berdakwah bahkan dalam setiap dakwahnya hampir  seluruh hadirin menyucurkan airmata karena tersentuh oleh materi dakwah beliau. diceritakan oleh KH.Muhammad Ghautsulloh: suatu ketika beliau berdakwah dengan berpidato dihadapan masyarakat banyak, namun di seberang sungai ada banyak penjahat yang sedang bermain judi. Maka KH.Abdul Karim berteriak dengan suara lantang: hai orang-orang yang berada diseberang sungai sana, barang siapa yang ingin selamat dunia ahirat, maka harus datang kesini ikut pengajianku sekarang juga…!!! Sepontan para penjahat itu membubarkandiri dan berlompatan kesungai untuk menyeberang, berenang dan langsung mengikuti pengajian beliau dalam keadaan basah kuyup berada dibarisan terdepan.Diwaktu menerima tamu termasuk saat hari raya idul fitri, semua tamu yang ziaroh kepada beliau dan kebanyakan para kyai-kyai, bisa  dipastikan surban mereka basah semua dipenuhi oleh air mata dikarenakan mendengar nasehat-nasehat beliau yang sangat menyentuh siapapun yang mendengarnya.KH.Abdul Karim adalah seorang yang dikaruniahi kasyaf oleh Allah SWT. Sehingga beliau bisa mengetahui terhadap isi hati seseorang. Suatu ketika KH.Abdul Karim memberi pengajian kitab tasawwuf pada santrinya, saat itu beliau menjelaskan bab zuhud. Salah seorang santrinya berkata dalam hati: yai ini gimana …? Kok bicara zuhud, padahal yai ini sawahnya banyak, tambaknya luas yang kalau panen atau merek ikan di tambak saja butuh berhari-hari, sepontan KH.Abdul Karim menoleh pada santri itu dan berkata: kalau hartaku ini bukan dunia conng…! Tapi hartaku ini untuk kepentingan akhirat, untuk bangun pondok, untuk biaya pendidikan dan perjuangan, Ini namanya Mazro’atul Ahiroh. Maka santri tersebut menyesal dan ketakukan.(cerita H.ridwan Tidu).Suatu ketika KH.As’ad putra KH.Abdul Karim dipanggil oleh KH.Hamid bin Abdulloh Pasuruan. Kyai Hamid bertanya : opo ahe kelakuane bapak sampean iku…..? Kyai As’ad menjawab: sing kulo sumerapi, inggih kados biasanipun, inggih mucal santri lan mucal dateng tiyang-tiyang katah  wonten ing dusun-dusn yai. Wonten nopo yai…? KH.hamid dawuh: aku mipi Kyai Abdul Karim iku lungguh jejer karo Syaikh Abdul Kodir Jilani. Iki berarti Kyai Karim iku wali gede. Ujar KH.Abdul Hamid kepada Kyai As’ad bin Abdul Karim. (cerita mutawatir).
Dalam kesempatan lain Kyai Hamid bin Abdulloh Pasuruan bercerita bahwa: Kyai Abdul Karim adalah seorang wali Allah yang luarbiasa yang bisa mengetahui rahasia (sir) auliya’. Kyai Hamid dawuh: Dahulu ketika aku masih baru kawin dan pindah dari Lasem ke Pasuruan dan belum ada yang kenal diriku, Kyai Abdul Karim dengan menaiki dokar bersama putranya yaitu Kyai Ahmad dan Kyai As’ad lewat di jalan, ketika melihat aku dari kejauhan beliau berhenti dan memanggilku; Hamid ….! Kesini….!! . Aku dengan perasaan takut dan sungkan pada beliau yang sudah sepuh spontan menghadap. Beliau lantas memperkenalkan kedua putranya; ini Anakku Ahmad dan As’ad, do’akan keduanya agar jadi orang yang selamat dunia akhirat…!! Aku tidak mau, karena sungkan, namun Kyai Abdul Karim memaksaku sehingga aku berdo’a untuk kedua putranya tersebut. Hal ini menurut Kyai Hamid menunjukkan bahwa Kyai Abdul Karim adalah seseorang yang mengetahui sirrul wilayah yang ada dalam diri Kyai Hamid yang dikemudian hari ahirnya dikenal dengan seorang waliyulloh.Kyai Ahmad Lebak Winongan bercerita kepada Kyai Munif Abdul Karim, bahwa ia pernah bersama Kyai Hamid menghadiri acara khaul seorang kyai besar di Probolinggo yang dihadiri oleh banyak kaum muslimin, sehingga didalam hati Kyai Ahmad berujar: wahh, kyai yang di khauli ini pastinya seorang wali besar luarbiasa!! Spontan Kyai Hamid dawuh: wali yang di khauli ini apabila dibandingkan dengan Kyai Abdul Karim, maka sangat jauh masih lebih besar maqom kewaliannya kyai Abdul Karim Kramat….!  Suatu ketika KH.Abdul Karim bepergian naik dokar bersama-sama dengan yang lainnya, namun tiba-tiba dokar yang beliau naiki akan ditubruk oleh mobil truk tengki, sehingga dengan sepontan truk itu beliau tangkis dengan tangan beliau hingga truk itu berhenti, dan di truk tersebut sangat jelas ada bekas telapak tangan beliau saat menghentikan kendaraan tersebut. (cerita KH.Munif).Keluarga dan Wafat beliauDari perkawinan beliau dengan Nyai Hj.Shofiyah, KH.Abdul Karim dikaruniai putra-putri:
  1. KH.M.Thoyyib, Pengasuh PP.Kramat Kraton Pasuruan
  1. M.Abdul Fattah wafat sebelum kawin
  1. Nyai Hj. Marfu’ah istri KH.Jufri
  1. KH.Ahmad, Pendiri PP.Darul Ulum Pacarkeling Kejayan
  1. KH.M.As’ad, Pengasuh PP.Kramat
  1. M.Thoha wafat masih kecil
  1. KH.M.Munif, Pendiri PP.Darul Karomah Gunung Jati Kramat
  1. Nyai Hj. Mardliyah istri KH.Sufyan Kramat
  1. Asiyatussoffa wafat kecil.
Setelah mengalami sakit KH.Abdul Karim wafat pada hari Senin tanggal 12 Dzul-Hijjah 1369 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 25 September 1950 Masehi dan dimakamkan persis di sebelah barat makam ayahandanya di desa Bendungan kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa timur. sekarang pondok pesantren dar el gunung jati diasuh oleh putra beliau kh.munif karena kh.munif sudah wafat. yaitu 1.khm.nur salim munif 2.khm.hidayattuloh dan khm.jazuli munif